Laman

Jumat, 12 Juli 2013

Bogel Ngebolang Lagi

Kebun teh, Puncak !
Setelah sukses melaksanakan perjalanan ke Jogja, kami 'ketagihan' untuk jalan-jalan lagi. Rencana awal, kami akan tour Jawa, rutenya : Bandung, Solo, Semarang, Surabaya dan Malang. Tempat tujuannya yaitu perguruan tinggi dan objek wisata di kota tersebut yang rencananya dilaksanakan setelah UN. Namun, karena berbagai alasan, akhirnya rencana itu gagal (biasalah gak nemu waktu yang pas, n yang paling penting : gak nemu isi dompet yang pas, hehe). So, untuk mengobati rasa kecewa karena tidak jadi tour Jawa, kami pun merencanakan untuk jalan-jalan lagi tetapi masih di wilayah Cianjur.
(oia sebelum dibaca ceritanya, maafin kalo banyak kata 'ntah' maklum beberapa kronologis kejadian gak masuk ke long term memory penulis, jadi harap maklum ^^V )

Hari itu kami lagi ngumpul di SSB (Smansa Samudera Beach) salah satu sudut favorit di sekolah kami, ntah lagi jam istirahat, ntah emang lagi gak ada jam, aah lupa, dan ntah berawal dari pembicaraan apa, kami sepakat untuk jalan-jalan lagi dan tujuan kami adalah tempat ikan bakar di Cikalong (salah satu nama kecamatan di Cianjur). Keesokan harinya kami pun berkumpul di depan sekolah, oke kumpul jam 8 tapi biasalah selalu aja molor dari waktu janjian. Rombongan sudah siap, Ikay, Aryo, Aci, Iki. Mpit n Revan? ntahlah. Namun ketika kami akan berangkat tiba-tiba...
"Hey jadi ke Cikalong nih?"
"Iya atuh hayu"
"mmh Cikalong panas euy, pengen ke tempat yang sejuk-sejuk"
"Haha iya bener-bener, cibodas aja yu?"
"Ah bosen, puncak aja puncak"
"Ah iya bener, ke Gantole, udah gitu nongkrong di At-taawun" (haha tongkrongannya di mesjid)
"Ya udahlah sip, langsung aja berangkat, sms Mpit n Revan kita gak jadi ke Cikalong."

Komentar Ibu : "Ini bis kalau punya sayap, pasti bisa terbang"


Kala itu kami abis liburan (sekitar 2 tahun yang lalu) dari suatu tempat yang mengharuskan kami naik pesawat karena memang tidak ada bis ataupun kereta yang mau mengantarkan kami ke sana (yaiyalah emang gak ada trayek ke sana, hehe). Perjalanan berangkat menuju bandara ditempuh menggunakan kendaraan umum, karena memang tidak ada yang mengantar (dan ini memang lebih hemat). Rute perjalanan pulang kami setelah liburan memang berbeda dari rute perjalanan berangkat. Jika saat berangkat kami memutuskan naik bis Damri dari Terminal Baranangsiang, Bogor menuju bandara Soekarno-Hatta, saat pulang kami memutuskan untuk naik bis Damri dari bandara menuju Terminal Kampung Rambutan, Jakarta dan dilanjut dengan naik bis jurusan Garut/Tasik-Jakarta yang lewat Cianjur (ini keputusan Ibu sih, karena menurut perhitungan beliau, ongkosnya lebih murah. Yasudaaah nurut aja deh sebagai bukti bakti pada orang tua *ting)

Selepas makan dan sholat maghrib, kami pun naik bis yang emang lagi ngetem. Lumayan lama nunggu bisnya maju, pas udah maju pun jalannya lama beneeer, udah kayak pengantin aja (maklum lah Jakarta, macetnya bikin kendaraan cuma bisa ngesot). Untunglah kenikmatan macet Jakarta tidak berlangsung lama, bis pun mulai memasuki gerbang tol dan ngeeeeeeeeeeeng (gak banget ya suaranya) bis meluncur dengan kilat, bagaikan ungkapan kegembiraan karena telah lepas dari kemacetan ibu kota, serasa jalan tol milik sendiri bis meluncur dengan kecepatan (yang kami rasakan, tapi emang kerasanya gitu) sama seperti pesawat yang akan take off, "kalau punya sayap pasti bisa terbang" (komentar ibu). huft -.-" Waduuuh jantung saya degdegannya sama kayak naik halilintar di Dufan, sereeem abis nih bis jalannya, untungnya saat di jalan tol jalanan lebih kosong dan lancar serta kami sedikit terhibur dengan tukang buah pir yang menjajakan dagangannya, mengapa teribur? lebih tepatnya perhatian kami sedikit teralihkan karena semenjak masuk gerbang tol, penjual ini terus menawarkan dagangannya, namun tidak ada satupun penumpang yang mau beli, si penjual terus menurunkan harga pirnya, menambah jumlah pir per kilonya, namun masih tetap tidak ada yang mau beli. Sampai akhirnya keluar pintu tol, pedagang ini pun banting harga, baru deh ada yang mau beli (Hmm, manusiawi ya, kita-kita maunya yang murah-murah dengan barangnya banyak :D)

Kami kira kegilaan si sopir mengendarai bis dengan kecepatan super hanya berlangsung saat di jalan tol, tapi dugaan kami salah, si sopir tetap menjalankan bisnya dengan kecepatan jauuuh di atas kecepatan normal di jalanan yang lebih padat kendaraanya, nyalip sana, nyalip sini, ngebut sambil belok, ngebut terus ngerem, ngebut ngerem, aduuuhhhh udah gak mikir lagi kayaknya kalau dia bawa nyawa orang ! kenikmatan dan kebahagian selepas liburan ternodani nih sama Pak Sopir. "Gak apa-apa lah biar cepet nyampe" celetuk seorang penumpang. Hadeeuh iya sih kalo ngebut emang lebih cepet nyampe, tapi ya gak kayak gini juga ngebutnya.

Ini sopir : sengaja, atau emang buta rambu-rambu?

Hari itu saya mau pulang ke Cianjur, lumayan lah ada libur beberapa hari, daripada bulukan di kostan, mending pulang. Seperti biasa naik bis dari daerah cileunyi sebelum pintu tol karena emang biasanya banyak bis ke Cianjur yang ngetem di sana. Waktu itu saya emang lagi buru-buru, naik angkot juga langsung dari depan kostan. Sesampainya di Cileunyi, bahagia banget  liat bis jurusan Tasik- Jakarta (via Cianjur) yang lagi ngetem (asyik lah jadi gak usah nunggu bis dateng), eh pas saya bilang 'kiri', angkotnya gak berhenti juga (agak kesel), bilang sekali lagi akhirnya angkot berhenti lumayan jauh dari tempat pemberhentian bis. Saya pun turun dan berjalan menuju bis. Eh pas saya lagi jalan menuju bis tujuan, bisnya udah mulai maju (arahnya berlawanan dengan saya). Gara-gara gak mau nunggu lagi, saya pun lari, ngelompatin pembatas, neriakin bisnya, tapi bisnya terus maju. Hmm saya pun putus asa. Ya walopun bisnya masih jalan pelan-pelan tapi tetep aja lebih cepet dari lari saya. Tapi tiba-tiba ada bapak-bapak yang nepuk pundak saya "hayu neng", hah? saya kaget, dan dia ngajak lari lagi ngejar bis, ya udah saya pun ngikut aja. Akhirnya kondektur bis nonngol, kami pun lari sambil berteriak agar bisnya berhenti. Yes ! usaha kami berhasil, bis pun berhenti sebelum gerbang tol, tepat di depan plang 'S' coret. :D (silakan berkomentar sendiri)

Makanya, Baca !

Abis nge'list' buku bacaan (non-pelajaran) yang udah dibaca selama pertama kali bisa baca sampe sekarang (yang inget aja sih), hasilnya? waah dikit banget :o nyesel suka bacanya gak dari dulu :o nyesel dulu kalo punya uang lebih gak beli buku. Ntah kenapa ya dulu ga suka baca, seinget saya sih alasannya karena 'gak punya cukup waktu' emang sih dulu saya lebih milih nonton tv daripada baca buku, yang ditonton juga gak semuanya tayangan berkualitas, lebih banyak nonton FTVnya daripada nonton berita. Pantesan aja wawasannya segini-gini aja. Jadi sedih :(
Kalo gitu, mari membaca ! :D

Sombong

Sering kecewa karena tidak mendapatkan apa yang kita harapkan?
atau terkadang merasa bahwa do'a kita tak kunjung ada jawabannya?

Sebelum menyalahkan siapapun, mari kita instrospeksi diri. Tanya pada diri kita.
Mungkin ada kerikil kecil bernama 'sombong' yang sedang bersemayam dalam diri kita.
Mungkin kita terlalu banyak meremehkan orang lain? atau terlalu bangga dengan kemampuan kita?

Sadarlah !
Mari bersama merubah diri ! Percayalah, kesombongan akan selalu mengantarkan kita pada keterpurukan. Saya pernah merasakannya.

Rendah hati tak berarti menghina diri, tapi itulah jalan menuju kebahagiaan yang sejati.

Selasa, 19 Februari 2013

Fakultas Psikologi UNPAD, Inspirasi Fakultas Psikologi Indonesia

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Fakultas Psikologi Unpad 2012.

Saya menyadari tulisan ini belumlah sempurna dan masih dibutuhkan data-data pendukung. Tetapi mudah-mudahan tulisan  ini dapat membantu teman-teman yang ingin mencari mencari informasi terkait sejarah Fapsi Unpad dan dengan senang hati bisa dijadikan referensi bagi tulisan teman-teman selanjutnya yang lebih baik lagi, tapi jangan lupa sertakan sitasi yang baik dan benar ya :)
Happy reading ! 

Lambang Fakultas Psikologi
Di Indonesia, lahirnya Pendidikan Psikologi diawali oleh pidato ilmiah Prof. Dr. Slamet Iman Santoso dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Universitas Indonesia pada Dies Natalis Universitas Indonesia pada tahun 1952 di Fakultas Pengetahuan Teknik UI di Bandung (sekarang ITB). Dalam pidato tersebut, beliau antara lain mengemukakan penggunaan pemeriksaan psikologis untuk mendeteksi the right man on the right place, dan menghindari the right man on the wrong place, the wrong man on the right place, serta the wrong man on the wrong place. 
Awal munculnya Psikologi di Indonesia adalah sebagai bagian dari ilmu kedokteran dan psikotes, tetapi kemudian berkembang pesat serta menjadi kebutuhan masyarakat di berbagai sektor seperti pendidikan, sosial, dan olahraga. Di tahun 1960-an hanya ada empat fakultas psikologi yaitu di UI, UGM, UNPAD, Maranatha. Namun sekarang sudah ada lebih dari 40 fakultas psikologi di Indonesia baik negeri maupun swasta.
Dari keempat universitas yang mengawali berdirinya fakultas psikologi, Fakultas Psikologi UNPAD lah yang berbeda, mengapa? Karena ada dua keistimewaan pendirian fakultas ini, yaitu :
Fakultas Psikologi berdiri sebagai Fakultas, bukan berkembang dari bagian program studi lain seperti : Fakultas Psikologi UI yang berkembang dari program studi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi UGM yang berkembang dari Fakultas Paedagogi.
Pendirian Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dapat langsung diresmikan berdiri sendiri sebagai fakultas tanpa harus berada di bawah naungan Yayasan Padjadjaran terlebih dahulu seperti beberapafakultas lain di Universitas Padjadjaran. Biasanya pada waktu itu sebelum diresmikan menjadi fakultas harus berada di bawah naungan yayasan sekurang-kurangnya satu tahun.

Sabtu, 16 Februari 2013

Terpuruk

     Memberi semangat atau motivasi kepada orang lain yang sedang terpuruk ketika keadaan kita lebih baik dari mereka memang mudah, namun apakah kita masih bisa melakukannya ketika kita sama-sama terpuruk?