Laman

Senin, 13 September 2010

Mengherankan Bukan?

       Meurnut penelitian Unisvertias Cabmrigde, tak dai saol baagimnaa urtuan hruuf dlaam sutau ktaa, ynag pliang petning adlaah huurf petrama dan traekhir hruas telrteak pdaa tmpeat ynag baner, apadun huurf laninya dpaat tdiak brateuran dan kmau dpaat memcabanya tnapa megnalami kelisutan. Ini dibabsekan kaerna pkiiran maunsia taidk mebamca degnan melihat ktaa hruuf per huurf, tpai mbemaca ktaa seagbai sautu kestuaan. 

by: iqayylicious

Segenap Kekuatanmu

     Seorang lelaki bersama anaknya umur 10 tahun hendak mendaki gunung. Si anak berhenti untuk mengamati batu yang berukuran sedang yang terletak di tengah jalan.
    "Ayah, bagaimana pendapatmu, mampukah aku menggeser batu itu?"
    Ayahnya melihat batu itu dan berkata, "Ya, asal kau gunakan segenap kekuatan yang kau miliki, kau pasti mampu menggesernya."
    Si anak lalu memasang kuda-kuda dan mendorong batu itu dengan segenap tenaga, tetapi batu itu bergeming."
    "Ahh... ternyata perkiraanmu keliru, Yah, aku tidak bisa menggeser batu itu," kata anaknya.
    "Tidak Nak, aku tidak keliru. Aku tadi berkata, kau dapat menggesernya bila menggunakan segenap kekuatan yang kau miliki. Namun, kau tidak menggunakan semua kekuatanmu; kau tidak meminta bantuanku." (Author Unknown)

by:iqayylicious

Racun


    Dahulu kala di negeri Cina, seorang gadis bernama Li-Li menikah lalu hidup bersama suami dan ibu mertuanya. Belum lama tinggal di rumah itu, Li-li telah merasa bahwa ia sam seklai tidak bisa akur dengan ibu mertuanya. Mertuanya mempunyai watak sangat berbeda, banyak kebiasaannya yang menjengkelkan Li-Li, belum lagi ia selalu mencela Li-Li.
    Hari berganti minggu, minggu berganti bulan Li-Li dan mertuanya selalu terlibat dalam perdebatan dan permusuhan. Dan yang membuat keadaan semakin buruk adalah, menurut tradisi Cina, Li-li harus membungkukkan badan kepada ibu mertuanya dan menaati semua kehendaknya. Semua amarah dan ketidakbahagiaan di rumah Li-Li menjadi tertekan.
    Akhirnya, Li-Li tidak sanggup lagi menghadapi watak buruk dan sifat diktator ibu mertuanya. Ia memutuskan untuk berbuat sesuatu. Kemudian pergilah ia menemui Tuan Huang, sahabat baik ayahnya, yang pekerjaannya menjual berbagai ramuan tradisional. Ia menceritakan masalah yang dihadapinya dan memohon kiranya boleh meminta racun sehingga ia bisa menyelesaikan semua problem yang dihadapinya.
    Tuang Huang berpikir sejenak lalu berkata, "Li-Li, aku akan membantumu, tapi kau harus menaati perintahku!"
    "Baik, Tuang Huang, aku akan melakukan apa saja perintahmu," jawab Li-Li.
    Tuang Huang pergi ke ruang belakang beberapa menit, kemudian muncul dengan sebuah bungkusan di tangannya.
    "Kau tidak boleh menggunsksn racun yang keras untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena orang-orang nanti akan curiga. kuberi kau beberapa ramuan yang perlahan-lahan akan menimbun racun di tubuhnya. Setiap hari siapkan masakan yang lezat, lalu masukan sedikit ramuan ini ke dalam mangkuknya. Nah, agar tidak membuat orang lain curiga sepeninggalnya nanti, mulai sekarang kau harus bersikap manis kepadanya. Jangan berdebat lagi dengannya, taati segala perintahnya, dan perlakukan dia sebagai seorang ratu," kata Tuang Huang.
    Li-Li merasa sangat senang dan berterima kasih kepada Tuan Huang. Ia segera kembali ke rumah untuk mulai melaksanakan rencananya. Minggu berganti bulan, waktu terus bejalan dan tiap hari Li-Li menghidangkan makanan khusus untuk ibu mertuanya. Ia ingat betul nasihat Tuan Huang agar tidak bertindak mencurigakan. Ia lalu mengendalikan amarahnya, menaati mertuanya, dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri.
    Setelah 6 bulan, keadaan rumah tangga mereka beruba. Li-Li selalu mengendalikan diri sehingga hampir tidak pernah marah atau jengkel lagi. Ia tidak pernah lagi berdebat, karena ibu mertuanya sekarang tampak lebih ramah dan mudah dilayani.
    Sikap sang mertua tehdap Li-Li pun berubah, ia mulai menyayangi Li-Li seperti anak kandungnya sendiri. Ia selalu berkata kepada keraat dan temannya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik. Li-Li dan mertuanya; satu dengan lainnya, sekarang bersikap seperti anak dan ibu kandungnya. Suami Li-Li tentu saja merasa bahagia menyaksikan perubahan ini.
    Suatu hari, Li-Li pergi menemui Tuang Huang untuk memohon pertolongannya lagi, "Tuang Huang yang saya hormati, tolong bantu  aku untuk menyelamatkan mertuaku dari racun itu! Ia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik. Aku sekarang mencintainya seperti ibuku sendiri. Aku tidak ingin ia mati karena racun yang kuberikan kepadanya."
    Tuang Huang tersenyum dan menganggukan kepalanya, "Li-Li, tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku tidak pernah memberimu racun. Ramuan yang kuberikan kepadamu adalah vitamin dan obat kuat untuk memperbaiki kesehatan mertuamu. Racun yang sebenarnya tersimpan dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya. Namun, semua racun itu sekarang telah terkikis habis oleh kasih sayang yang kau berikan kepadanya."


                                                                ********************

    Pernahkan kau sadari bahwa bagaimana kau memperlakukan orang lain adalah bagaimana orang lain itu juga akan memperlakukanmu. Ada pepatah Cina berbunyi: Orang yang mencintai orang lain akan mendapat balasan cinta dari orang itu. (Author Unknown)


by: iqayylicious =)

Sang Beo

    Di sebuah rumah, ada seorang ustadz yang memiliki peliharaan seekor burung beo. Jika pemelihara-pemelihara beo yang lain selalu mengajarkan beo itu untuk berbicara "Selamat Pagi", "Hallo", "Assalamualaikum", "Ayah, Ibu" atau bahkan diajarkan bernyanyi Indonesia Raya, lain halnya dengan pak ustadz ini, ia hanya mengajarkan satu kata pada sang beo yaitu "Laailahailallah" terus setiap hari sang beo diajarkan untuk mengucapkan itu, sampai sang beo mulai terbiasa untuk mengucapkan "Laailahaillah" tanpa disuruh oleh sang majikan, sang beo sengaja mengucapkannya, dan itu telah menjadi rutinitasnya setiap hari, baik pagi hari, siang, sore, ataupun malam hari ia selalu ber'wirid' demikian. orang-orang di rumah itu pun mulai terkagum-kagum dengan sang beo, karena mungkin sang beo berwirid "Laailahailallah' lebih banyak dan lebih sering dari para penghuni rumah itu.
    Suatu hari, ketika di negara tersebut sedang  merebak isu tentang virus H5N1 yang menyerang unggas, Sang Beo terlambat diberi vaksinasi oleh sang majikan, alhasil, sang Beo terjangkit virus itu dan mati seketika. Penghuni umah  sangat terpukul menyaksikan kematian sang beo, telebih lagi pak ustadz, ia sangat sedih ditinggal sang beo, karena mungkin sang beo itulah yang sengaja ataupun tidak selalu mengingatkan kepada seluruh anggota keluarganya untuk selalu mengingat Allah. Kepada istrinya pak Ustadz berkata : "Ummi, abi sangat sedih kehilangan si beo, tapi yang abi sangat sedihkan adalah meskipun ia setiap hari mengucapkan 'Laailahailallah' pada saat ia mati, ia tidak mengucapkan itu."

           *********************
    Dari kisah di atas dapat diambil hikmah bahwa, sang beo saja yang setiap hari berdzikir, saat mati ia belum tentu mengucapkan hal tersebut, sebagai tanda bahwa dia ingat Allah. Nah, sama seperti kita, manusia yang selalu berdzikir, tidak selamanya menjamin pada saat meninggal akan mengucapkan kata-kata dzikrullah karena sifat manusia yang tak luput dari lupa. Lalu bagaimana dengan kita-kita yang jarang sekali dzikrullah?
(semoga kisah ini bisa menjadi renungan untuk kita semua)



by: iqayylicious

"Ini adalah Sesuatu yang Baik"

    Di sebuah kerajaan di Afrika ada seorang raja yang memiliki seorang sahabat karib sejak masa kecilnya. Sahabat raja ini mempunyai kebiasaan untuk mengucapkan: "Ini adalah sesuatu yang baik" atas semua peristiwa yang terjadi: baik maupun buruk.
    Suatu hari, raja dan sahabatnya ini keluar untuk berburu. Seperti biasa, sahabatnya menyiapkan senjata dan mengisi amunisi. Kali ini, temannya melakukan kesalahan dalam menyiapkan amunisi sehingga sang raja secara tidak sengaja menebak ibu jarinya sendiri (karena mengira senjata itu tidak berpeluru). Ibu jari raja terluka parah.
    Sahabatnya segera mengamati keadaan ibu jari raja kemudian berkata, "Ini adalah sesuatu yang baik." Raja menyanggah, "Tidak...tidak..., ini bukan sesuatu yang baik!" Lalu ia memenjarakan sahabatnya.
     Setahun kemudian, sang raja kembali pergi berburu. Ia memasuki suatu daerah yang seharusnya ia jauhi. Sekelompok kanibal (pemangsa manusia) menangkap dan membawanya ke desa mereka. Mereka mengikat tangannya, menyiapkan kayu bakar, memancangkan tiang dan mengikat raja di tiang itu. Ketika hendak membakar kayu, mereka melihat ibu jari raja tidak utuh. Karena kepercayaan mereka pada takhayul, bahwa mereka tidak boleh memakan seseorang yang tidak utuh, mereka lalu melepaskan raja dan membiarkannya pergi.
    Sesampainya di kerajaan, sang raja teringat pada kejadian yang membuatnya kehilangan ibu jari. Ia merasa sangat menyesal atas perlakuannya terhadap sahabatnya. Ia lalu bergegas ke penjara menemui temannya.
    "Engkau benar,' katanya, "ibu jariku tertembak adalah sesuatu yang baik."
    Ia lalu menceritakan kejadian yang belum lama dialaminya.
    "Aku menyesal sekali telah memenjarakanmu sangat lama. Sungguh perbuatanku ini sangat buruk," kata raja penuh penyesalan.
    "Tidak," kata temannya, "itu adalah sesuatu yang baik!"
    "Apa maksudmu?!? Bagaimana mungkin itu adalah sesuatu yang baik sedang aku memenjarakan sahabatku sendiri selama setahun?!? kata raja keheranan.
    "Kalau aku tidak berada dalam penjara, aku pasti saat itu akan bersamamu... dan dimakan oleh para pemangsa manusia itu!" kata temannya. (Author Unknown)


by: iqayylicious

Mangkuk Kayu

   Seorang lelaki tua tinggal bersama anak laki-lakinya, menantu dan cucunya yang berusia 4 tahun. Tangan lelaki tua itu gemetaran, matanya kabur dan jalannya tertatih-tatih.
    Keluarga ini selalu makan bersama di meja, namun tangan orang tua mereka yang gemetaran membuat makan menjadi pekerjaan yang sulit baginya. Patei (pie) menggelinding jatuh ke lantai. Bila ia meraih gelas, susu tumpah membasahi taplak meja. Anak dan menantunya menjadi jengkel karena kotoran yang diakibatkannya.
    "Kita harus berbuat sesuatu terhadap ayah," kata si anak. "Aku sudah tidak sabar lagi melihat tumpahan susu, berisiknya kunyahan dan makanan yang jatuh ke lantai."
    Kemudian suami istri itu menyedikan meja kecil di pojok rumah. Di meja ini ayah mereka makan seorang diri. Karena sang ayah juga memecahkan satu atau dua piring, maka makanan di meja kecil ini disajikan dalam mangkuk yang terbuat dari kayu.
    Bila keluarga ini melihat sekilas ke arah lelaki tua itu, terkadang tampak matanya berkaca-kaca selagi ia duduk sendiri. Apabila sang kakek menjatuhkan garpu atau menumpahkan makanan, mereka menegurnya dengan keras. Sang cucu yang berumur 4 tahun diam-diam menyaksikan semua kejadian itu.
    Suatu petang, sebelum makan malam, sang ayah menyaksikan anaknya bermain-main dengan potongan-potongan kayu di lantai. Dengan manis ia bertanya, "Lagi bikin apa, Nak?"
    Sang anak dengan manja menjawab "Oh.......... aku sedang membuat mangkuk kecil untuk maka Papa dan Mama bila aku sudah besar nanti."
    Anak umur 4 tahun ini tersenyum manis lalu kembali bekerja.
    Kata-kata si anak menampar kedua orangtuanya sehingga mereka tak kuasa berkata-kata. Air mata mulai mengalir di pipi mereka. Meskipun keduanya tidak berbicara, tapi mereka tahu apa yang harus segera dilakukan.
    Malam itu juga, sang suami memegang dengan lembut tangan ayahnya lalu membimbingnya ke meja keluarga. Sejak hari itu lelaki tua itu maka lagi bersama keluarganya. Dan suami istri itu tidak pernah lagi mempedulikan garpu yang jatuh, susu yang tumpah dan taplak mej ayang kotor. (Author Unknown)

Sang Pemahat

Hari ini aku bangun pagi sekali dengan kebebasan untuk memilih hari macam apa yang akan kujalani:

- Hari ini aku boleh merasa tidak punya banyak uang,
atau menuntut agar aku tidak melakukan pemborosan.

- Hari ini aku boleh menyesali apa-apa yang tidak diberikan orang tuaku ketika aku dewasa,
atau bersyukur karena berkat mereka aku terlahir ke dunia.

- Hari ini aku boleh menangis karen mawar-mawar itu berduri,
atau bersyukur karena duri-duri itu ditumbuhi mawar.

- Hari ini aku boleh mengomel karena tugas sekolah yang menumpuk,
atau besyukur karena aku masih bisa sekolah.

Hari ini terbentang dihadapanku, menunggu untuk dibentuk dan disinilah aku, SANG PEMAHAT yang siap membentuknya ke dalam rupa yang ku kehendaki.

Karena aku adalah APA YANG AKU INGINKAN DAN USAHAKAN...

... dan jika kau bersabar dalam marahmu, maka kau dapat terhindar dari seratus hari kesedihan ...

Minggu, 12 September 2010

Sxtiap Orang Adalah Pxting (xvxry Pxrson is Important)

Seorang manager memberitahu karyawannya tentang betapa pentingnya ia bagi perusahaan dengan menulis memo berikut:


Kamu adalah orang pxnting


Mxskipun mxsin kxtikku modxl kuno, tapi ia dapat bxkxrja dxngan baik, kxcuali satu huruf saja.
Mungkin kau bxrpikir bahwa jka sxmua huruf dapat bxkxrja dxngan baik dan hanya satu saja yang rusak, maka tidak ada yang mxpxrhatikan. Tapi txrnyata kxrusakan pada satu huruf saja dapat mxnghancurkan sxmua usaha yang txlah dirintis.
Kau mungkin bxrbicara dalam hati. "Ahh.... aku hanyalah satu orang. Mustahil ada yang mxpxrhatikan apabila aku tidak bxrsungguh-sungguh." Tapi sxsungguhnya hasilnya akan bxrbxda. Sxbab, untuk mxmiliki suatu lxmbaga yang xfxktif, suatu organisasi harus didukung oleh sxmua anggotanya dxngan sxgxnap kxmampuan mxrxka.


Jadi, lain kali kau mxnganggap dirimu tidak pxnting, maka ingatlah mxsin kxtik kunoku ini.


Kamu adalah orang pxnting
(Author Unknown).